-->

Thursday, September 23, 2010

Mandikan Aku, Mama...

Sebut saja namanya Rina….

Semasa kuliah ia tergolong anak yg cerdas dan beridealisme tinggi. Sejak awal ia memiliki konsep akan dirinya baik akademis maupun profesi hingga ia dikirim utk mempelajari hukum di Universiteit Utrecht, Belanda. Beruntung pula ia memiliki pendamping yg “setara” dgnnya, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka lahir ketika Rina diangkat menjadi staf diplomat bertepatan dgn tuntasnya suami Rina meraih PhD. Ketika Alif berusia 6 bln, kesibukannya smkn menggila, frekuensi terbang dari satu kota ke kota lain dan satu Negara ke Negara lain smkn tak terbendung, pd saat temannya bertanya,” tidakkah Alif terlalu kecil utk ditinggal?” dengan sigap rina menjawab: “ saya sudah mempersiapkan segalanya, everything is OK.” Dan itu betul2 ia buktikan, perawatan dan perhatian anaknya walaupun banyak dilimpahkan ke baby sitter benar2 mengagumkan.


Alif tumbuh menjadi anak yg lincah, cerdas, dan pengertian. Dia sangat mengerti kesibukan orang tuanya..Ketika Alif berusia 3 thn, Rina bercerita pd temannya bahwa Alif minta adik. Waktu itu ia dan suaminya menjelaskan dgn penuh kasih sayang bahwa kesibukan mereka belum memungkinkan utk menghadirkan seorg adik buat Alif. Lagi2 bocah kecil ini “dapat memahami” orang tuanya. Meski kedua org tuanya sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam2 hati kecil temannya menginginkan anak seperti Alif.

Suatu hari, saat Rani akan berangkat ke kantor, entah mengapa Alif enggan dimandikan baby sitternya. “Alif ingin mama mandikan,”. Karuan saja Rani yg waktunya sgt sempit dan tiap hitungan menit sangat ia perhitungkan menjadi gusar, tak urung suaminya turut membujuk Alif agar mau dimandikan oleh tante Mien, baby sitter nya. Peristiwa ini berulang ulang sampai sepekan, “mama, mandikan Alif,” begitu setiap pagi tapi setiap pagi pun Rina tdk sempat memandikan Alif. Rina dan suaminya berpikir mungkin krn Alif sdg masa peralihan ke masa sekolah jadinya agak minta perhatian.

Suatu sore, Rina dikejutkan oleh telpon Bu Mien yang mengatakan bahwa Alif kejang kejang dan demam, sekarang ada di emergency room. Rina yg saat itu tengah meresmikan kantor barunya setengah terbang ngebut ke UGD. But it was too late, Allah berkehendak lain, Alif, si malaikat kecil itu telah pergi dipanggil oleh pemilik-Nya.

Rani shock berat, setibanya di rumah satu2nya yg ia inginkan adalah memandikan anaknya. Dan itu ia lakukan meski setelah tubuh si kecil itu terbaring kaku.”Ini mama Lif, Mama mandikan Alif,”ucapnya lirih, namun teramat pedih.

Ketika tanah telah mengubur jasad Alif Rina berdiri mematung dan berkali kali berkata.” Ini sdh takdir kan? Aku disebelahnya atau di seberang lautan jika sdh saatnya akan pergi juga kan?”
“Ini konsuekensi dari sebuah pilihan.” Ujarnya lagi, seraya tetap tegar dan kuat. tapi tiba2 Rina tertunduk.
“Aku Ibunya!” serunya kemudian. “ Bangunlah Lif. Mama mau mandikan Alif. Beri kesempatan Mama sekali saja, Lif.”
Rintihan itu begitu menyayat. Detik berikutnya ia bersimpuh, sambil mengais ngais tanah merah.

Dari, Kisah Mengasah Hati
Dituturkan oleh, Zaim Saidi ( Pustaka adina )

No comments:

Post a Comment