-->

Thursday, September 23, 2010

Tipu Daya Iblis

Malam itu malam Jumat Kliwon. Penduduk desa beramai-ramai mendatangi sebuah pohon besar yang tumbuh di tepi sungai. Laki-laki, perempuan, tua, muda, datang membawa barang-barang yang akan digunakan untuk ‘sesajen’. Ada nasi tumpeng dengan ayam panggang, rokok, kembang setaman, ayam hitam mulus, kemenyan dan lain-lain.

Syetan telah merasuk ke dalam jiwa dan membelenggu hati mereka dengan keyakinan bahwa pohon besar itu dihuni oleh makhluk halus yang bisa mengabulkan semua keinginan mereka. Sehingga mereka datang memuja-muja makhluk penunggu pohon seraya menyebutkan keinginannya. Ada yang ingin kaya, ada yang ingin gampang jodoh, ada yang ingin laris dagangannya bahkan ada yang ingin kebal senjata. Ada juga yang ingin menanyakan berapa nomor ‘togel’ yang akan keluar.

Iblis semakin bersorak gembira karena pengikutnya semakin lama semakin banyak. Lain halnya dengan pak Kyai, seorang tokoh agaman di desa itu yang semakin jengah dengan kemusyrikan yang dilihatnya setiap hari. “Kasihan. Mereka tidak tahu bahwa iblis telah memperdaya mereka. Mereka akan dijadikan teman iblis dalam neraka. Aku tidak boleh tinggal diam. Satu-satunya cara adalah …menebang pohon itu! Aku harus menebang pohon itu!”

Selesai shalat subuh pak Kyai mengayunkan kaki dengan memanggul kapak besar di pundaknya menuju tempat pohon besar itu berada. Iblis yang sengaja tinggal di pohon itu tiba-tiba terperanjat, matanya silau dengan kilauan logam kapak pak Kyai yang ditimpa sinar matahari pagi. “Hah?!!! Ada orang membawa kapak mendatangi pohonku! Gawat! Hawanya lain.. dia orang yang berilmu…Aku harus waspada!”

Atas kehendak Allah pak Kyai memiliki kemampuan melihat dan berbicara dengan makhluk halus. Sehingga dengan mudah ia dapat berkomunikasi dengan penunggu pohon itu. “Hai Iblis! Pergilah! Aku akan menebang pohon ini karena telah banyak menyesatkan manusia”
“Aku tidak akan membiarkanmu menebang pohon ini!”
“Tidak peduli! Aku akan menebangnya!” Tiba-tiba Iblis mencekik leher pak Kyai. Tak mau kalah, pak Kyai memegang tanduk Iblis. Perkelahian tidak bisa dihindarkan, keduanya bergumul saling banting. Cukup lama keduanya berkelahi sampai akhirnya pak Kyai membanting Iblis hingga tersungkur ke tanah, dadanya diinjak. Iblis tak berkutik lagi.

“Baiklah. Aku kalah. Aku tidak akan menghalangimu lagi menebang pohon ini”. Pak Kyai melepas Iblis dan membiarkannya pergi. Namun ia merasa sangat lelah. Tenaganya terkuras habis adalam perkelahian tadi. Jangankan menebang pohon, mengayunkan kapak pun rasanya sudah tidak kuat lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang beristirahat. Ia berharap esok hari dapat menebang pohon dengan kondisi yang segar.
Keesokan harinya pak Kyai kembali memikul kapak dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Namun tak disangka-sangka, Iblis kembali datang menghalangi sehingga terjadilah perkelahian yang lebih seru dari sebelumnya. Lagi-lagi Iblis dibuat bertekuk lutut di kaki pak Kyai dan berjanji tidak akan menghalangi lagi. Karena kehabisan tenaga, pak Kyai tidak mampu menebang pohon saat itu. Ia kembali pulang beristirahat untuk memulihkan tenaganya. Ia akan menebang pohon itu esoknya.

Pagi-pagi pak Kyai kembali memanggul kapak. Dari kejauhan ia kembali melihat Iblis sedang berdiri bersandar di pohon. Raut mukanya kali ini tidak beringas seperti dua hari sebelumnya. Iblis yakin bahwa tidak mungkin bisa mengalahkan manusia yang kuat aqidahnya dengan cara bertarung fisik. Satu-satunya cara adalah dengan menggunakan ‘tipu daya’ . Dengan lemah lembut Iblis berkata. “Wahai Kyai…Tahukah kau mengapa aku mencegahmu untuk menebang pohon itu? Aku khawatir dan kasihan kepadamu. Walaupun pohon itu sudah ditebang, belum tentu mereka akan sadar. Bahkan mereka akan membencimu dan mencari pohon lain untuk disembah. Sia-sia kan usahamu? Nah.. karena kau telah mengalahkan aku, sekarang aku ingin membantumu memberantas kemusyrikan di desa ini. Sementara jangan tebang dulu pohon itu. Aku akan memberimu uang lima juta setiap hari. Dengan uang itu hidupmu akan tercukupi. Kau juga bisa membagi-bagikan uang itu kepada orang-orang duafa’. Kau bisa membangun masjid yang indah sehingga orang-orang menaruh simpati kepadamu dan kau bisa lebih mudah mengajak mereka kembali beribadah kepada Allah. Bukankah tujuanmu mengajak sebanyak-banyaknya orang agar mau beribadah kepada Allah?”

Pak Kyai merasa apa yang diucapkan Iblis itu masuk akal. Tipu daya Iblis telah merasuk ke dalam banaknya. Pak Kyai berharap memerangi kemusyrikan dengan cara persuasif, pendekatan secara halus, akan membuahkan hasil daripada dengan cara yang frontal.
“Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang yang kau janjikan itu? Apakah perkataanmu bisa dipercaya?”
“Lihat saja besok pagi di bawah bantalmu. Kalau tidak ada, kau boleh menebang pohon itu”
“Baiklah. Tapi awas kalau ingkar janji, kau tidak akan bisa menghalangiku menebang pohon itu”

Pak Kyai pulang ke rumahnya sambil berangan-angan bahwa besok pagi ia akan mendapatkan uang lima juta di bawah bantal. Keesokan harinya dengan hati berdebar pak Kyai membuka bantalnya…
“Haahh? Uang seratus-ribuan! Lima puluh lembar!” Walau begitu pak Kyai masih ragu apakah uang itu asli atau palsu. Ketika ia mencoba membelanjakan uang tersebut ternyata asli! Para pedagang menerima pembayaran uang itu.


“Alhamdulillah…aku akan membagi-bagikan pada fakir miskin. Bukankah besok aku dapat uang lagi”.
Pak Kyai mulai sibuk menghitung yang ia terima lima juta setiap hari. Rencana-rencana pun mulai ia susun. “Tiga hari lima belas juta. Sebulan seratus lima puluh juta. Aku akan beli mobil, motor, membangun rumah dan membangun masjid terindah di desa ini”. Menjelang tidur angan-angan pak Kyai berkelana. Ia membayangkan masjid yang dibangunnya dipenuhi orang-orang untuk beribadah. Mereka berebut menyalami dan berfoto dengannya, mengelu-elukan kyai kaya yang dermawan. Ia tertidur pulas dengan senyum tersungging. Sementara Iblis menari-nari karena telah berhasil menjebak pak Kyai.

Di suatu pagi, pak Kyai terkejut manakala dibalik bantalnya tidak ada lagi uang sama sekali.
“Mana uang itu..?! Betul-betul tidak bisa dipercaya! Dasar Iblis! Gagal rencanaku membangun masjid! Kutebang saja pohon itu. Biar tau rasa!” Dengan muka merah padam menahan amarah, pak Kyai bergegas menuju pohon besar itu. “Kali ini tidak ada kompromi..”
“Mau kemana pak Kyai?” Pak Kyai terkejut mendengar sapaan Iblis.
“Aku mau menebang pohonmu! Minggir!”

“Tak akan kubiarkan. Ayo hadapi aku!” Perkelahian antara pak Kyai dan Iblis tidak terelakkan lagi. Keduanya sama-sama mengeluarkan jurus-jurus andalan. Kali ini pak Kyai kuwalahan menahan serangan-serangan Iblis. Ia pun tersungkur bertekuk lutut di bawah kaki Iblis. Ia berteriak-teriak minta ampun, tetapi Iblis terus menginjak dadanya. Dengan congkak Iblis berkata,“Hai manusia sombong! Mana kekuatanmu!”
“Hai Iblis! Kenapa kau mengalahkan aku?”

“Hahaha.. Kali ini kau ingin menebang pohon gara-gara tidak ada uang di bawah bantalmu. Ketika kau marah karena membela hukum atau aqidah tuhanmu, maka kau berada dalam genggaman Allah, sehingga aku tidak bisa mengalahkanmu. Tapi ketika kau marah karena mengikuti hawa nafsu demi kepentingan dirimu sendiri, maka kau lepas dari genggaman Allah. Kau bagai biri-biri yang tak peduli ditinggalkan gembalanya karena asyik terpikat menikamati rumput yang hijau. Maka leluasalah aku mengalahkanmu..Hahaha! Pergi sana! Jangan ganggu pohonku lagi!”

Maka dengan gontai pak Kyai pulang sambil menyesali kelengahannya sehingga begitu mudah ia terperangkap oleh tipu daya Iblis. “Oohh bodohnya aku…Sungguh licik dan halus tipu daya Iblis, Kupikir kalau sudah tenjadi kyai tidak akan mudah terkecoh. Aku telah takabur sehingga lengah mau bekerja sama dengan Iblis. Pelajaran berharga untukku aku harus selalu waspada dan tak akan berhubungan dengan Iblis dalam hal apapun! ”

No comments:

Post a Comment